Pages

Monday, 7 July 2025

Kuliah sambil kerja sampingan jadi Host Live

 Hai, aku Silvi Zaki Syarifiana, mahasiswi semester 6 di UIN Salatiga. Selain fokus menjalani kuliah, aku juga punya aktivitas lain yang nggak kalah seru: kerja sampingan sebagai host live streaming. Awalnya cuma iseng karena lihat teman sering live jualan, tapi setelah coba sendiri, ternyata menyenangkan dan penuh tantangan.

Sebagai host live, aku membantu promosi produk secara langsung lewat siaran di media sosial. Aku belajar banyak dari cara ngomong yang menarik, mengatur lighting, sampai menjaga energi biar penonton tetap betah. Awalnya malu-malu, tapi sekarang aku makin percaya diri.

Tantangan tentu ada. Mulai dari padatnya jadwal kuliah, rasa capek setelah seharian belajar, sampai harus menghadapi komentar kurang menyenangkan. Tapi semua itu membuatku jadi lebih kuat, disiplin, dan siap menghadapi dunia kerja nanti.

Pengalaman ini bikin aku sadar bahwa kuliah sambil kerja itu bukan hal mustahil. Asal bisa atur waktu dengan baik dan tahu prioritas, semuanya bisa jalan. Nggak harus jadi host live, kamu bisa mulai dari hal yang kamu suka dan kuasai.

But teman-teman mahasiswa, jangan ragu buat mencoba. Kamu nggak harus nunggu sempurna dulu. Dengan mulai, kamu akan menemukan potensi yang selama ini mungkin belum terlihat.





Silvi Zaki Syarifiana 23030220052

Balancing College, Work, and Organization: My Daily Journey (kinasih 088)

 

Managing time effectively is a crucial skill, especially when juggling multiple responsibilities. As a college student, a cashier at a store, and an active member of my university’s student organization, my days are always packed. Despite the challenges, I have found ways to balance my academic, professional, and organizational commitments. Let me take you through my typical day and how I manage my time efficiently.


Morning: Academic Commitments


My day starts early with morning classes. As a sixth-semester student majoring in English Education, I attend lectures that require focus and participation. Whether it's discussing language acquisition theories, analyzing curriculum designs, or studying cross-cultural communication, I always try to stay engaged. Taking notes and reviewing materials immediately after class helps me retain information better and prepare for upcoming assignments or presentations.


Afternoon: Work as a Cashier


Once my classes are over, I shift my focus to work. I work as a cashier at a store, handling transactions, assisting customers, and ensuring everything runs smoothly at the counter. This job requires attentiveness, efficiency, and good interpersonal skills. Dealing with various customers helps me improve my communication and problem-solving abilities. To stay productive, I make sure to stay organized and manage my time well during shifts.


Evening: Organizational Responsibilities


After a full day of studying and working, my evening is dedicated to my role as the Deputy of Strategic Studies and Advocacy in my university’s student organization. I handle various academic and policy-related issues, including recent concerns about graduation requirements. This role demands research, teamwork, and problem-solving skills. Meetings, discussions, and advocacy efforts take up my nights, but I find fulfillment in contributing to meaningful changes.


How I Manage My Time


Balancing multiple responsibilities requires discipline and strategy. Here are some key habits that help me stay on track:


Prioritization – I categorize tasks based on urgency and importance.


Time Blocking – I allocate specific time slots for studying, working, and organizational duties.


Effective Planning – I use a planner to keep track of deadlines, meetings, and work schedules.


Self-Care – Despite my busy schedule, I make sure to rest, eat well, and take short breaks to avoid burnout.


Final Thoughts


While managing college, work, and an organization is challenging, it is also rewarding. Each responsibility contributes to my personal and professional growth, shaping me into a more disciplined and resilient individual. Time management is not about doing everything perfectly but about finding a balance that works best for you.


If you are a student managing multiple commitments, remember that planning and self-discipline are your best allies. With the right strategies, you can handle everything without feeling overwhelmed. Keep pushing forward, and success will follow!

Sunday, 6 July 2025

Kuliah Muasin Hobi dan Hasilin Cuan? Bisa Banget Donggg

 Hallo sob, kenalin nama gw Muhamad Zidni Baihaqi sering juga di panggil Zee. Gw mau ceritain nih, gimana sih rasanya ketika lu kuliah tapi lu juga harus ngurusin peliharaan dan ngejual tuh peliharaan, yg disini berupa ikan. So langsung aja. 




 Antara Ikan Aku dan Kuliah


Gimana sih rasanya ketika lu itu harus merawat sesuatu yang bisa dibilang "tidak mudah" dan lu itu juga harus mikirin kuliah juga? Disini gw mau sedikit cerita, bagaimana sih pengalaman gw yang harus ngurusin tuh peliharaan, bagaimana gw harus ngejual, bagaimana gw juga harus membagi waktu buat kuliah. Memang pelihara ikan yang sering dibilang mudah oleh orang orang itu, ga semudah apa yg dibilang, apalagi dengan quantity yang banyak. Harus untuk mengasih makan, rutin water change, dan harus juga untuk memperhatikan kesehatan ikan itu. Sementara dengan hal yang banyak itu lu harus membagi waktu itu dengan kuliah. Memang serasa kek "gimana ini gw mau bagi waktu gw". Menurut gw, bisa untuk membagi waktu, karena mengurus ikan lebih enak di malam hari, untuk hanya water change dan memperhatikan kondisi ikan, mengasih makan ikan mah pagi doang, sama ntar pulang kuliah juga bisa. Jika ada nih, suatu kondisi yang tidak memungkinkan buat mengecek ikan, biasa gw manggil temen buat cek teh kondisi ikan, disini dapat di garis bawahi, klo mau minta temen buat nge cek kondisi ikan, temen itu harus paham betul dengan ikan tersebut, karena beda ikan juga beda cara penanganan dan juga beda dari segi pakan.


Kenapa sih kok Milih Ikan


Yaps, kenapa gw disini milih ikan buat jadi penghasilan gw?. Karena dari ikan gw bisa dapet cuan yg banyak, selagi tau dimana ikan itu harus lu jual, disini target gw adalah penghobi ikan. Gw jual ikan lebih di marketplace Facebook dan dari Whatsapp. Dari dua aplikasi itu, gw mulai menjajakan ikan ikan yg akan gw jual. Kenapa sih gw milih ikan? Emng gaada yg lain gitu? Nahh, gw milih ikan dikarenakan, emng passion gw ada di ikan, memang terlihat ribet, tapi klo emang udah bisa, dan mau merawat sepenuh hati, itu hal yang mudah, terlebih lagi income penghasilan dari ikan juga lumayan tinggi. Semisal, gw beli ikan dengan harga Rp. 1.000.000, itu bisa gw up lagi harga di Rp 1.500.000, dan gw mendapat laba Rp. 500.000. Cukup menjanjikan bukan?. Itu jika seminggu bisa 4-5 ekor ikan yg dijual, sudah dapet berapa tuh labanya?. Wow, UMR Semarang kalah bukan?. Tetapi jika kalian pengen kek gitu, kalian juga harus tau bagaimana perkembangan pasar, dan harga ikan, soalnya harga ikan udah kek cabe, naik turun, tergantung stock. Dan yang paling penting adalah Konsisten.

Keluh Kesah Kang Ikan



Ada juga tantangan buat pelihara dan jual ikan. Seumumnya kita pelihara nyawa, pasti ada aja suatu trouble. Musuh utama dalam memelihara ikan ada perubahan cuaca dan pemadaman listrik. Saat perubahan cuaca pasti ada aja ikan yg trouble, ntah itu terkena penyakit, jamur, kutu, dll. Di saat perubahan cuaca itu, ikan ikan harus diperhatikan dan dirawat secara ekstra, seperti rutin pemberian obat. Pemadaman listrik adalah momok besar para pemelihara ikan, bagaimana tidak, disaat ditinggal kuliah, dan tiba tiba ada pemadaman listrik, otomaris pompa akan mati, dan air tidak tersirkulasi, dan alhasil ikan pun mati. Itu hanya trouble untuk memelihara ikan, belum trouble saat pemasaran ikan. Di dunia jual beli ikan, sangat banyak kompetitor, banyak penjual yang menjual ikan dengan harga rendah. Untuk mengantisipasi hal seperti itu, jangan ikut jual ikan dengan harga rendah juga, jual lah kualitas ikan tersebut, semakin bagus kualitas ikan, semakin tinggi juga harganya.




Mungkin yaaa cuma itu aja yg bisa gw ceritain, selebihnya bisa chat di nomer whatsapp di nomer 082133186382, untuk tanya perihal stock ikan dan apapun itu dengan ikan. 

Name: Muhamad Zidni Baihaqi

NIM: 23030220079




Kerja Sampingan Jualan Pancong Lumer Selama Kuliah: Belajar Mandiri dan Cari Cuan



Menjadi mahasiswa bukan hanya tentang kuliah, tugas, dan ujian. Di balik semua itu, banyak dari kita yang juga harus memikirkan soal keuangan. Entah itu untuk biaya makan, transportasi, beli buku, atau sekadar jajan kopi setelah kelas panjang. Nah, karena itulah saya memutuskan untuk mencoba kerja sampingan—jualan pancong lumer.

Awalnya, saya nggak pernah kepikiran bakal jualan kue tradisional seperti pancong. Tapi saat lagi nongkrong di depan kos bersama teman, saya lihat ada penjual pancong di pinggir jalan yang ramai banget. Wangi kelapa dan aroma gurih dari kejauhan langsung bikin saya penasaran. Setelah beli dan coba sendiri, saya berpikir: "Kenapa nggak coba jualan beginian juga? Tapi versi kekinian!"

Ide Awal Muncul

Pancong lumer yang saya jual sebenarnya modifikasi dari pancong klasik. Kalau biasanya pancong hanya disajikan dengan parutan kelapa dan sedikit gula, versi saya lebih ‘modern’. Saya tambahkan topping seperti keju, cokelat, green tea, tiramisu, hingga Oreo. Bahkan, saya juga bikin versi 'mix topping' yang isinya gabungan beberapa rasa favorit.

Awalnya saya coba jualan kecil-kecilan, hanya untuk teman-teman kampus. Saya promosi lewat WhatsApp Story dan Instagram. Responnya cukup positif. Banyak yang tertarik karena pancong lumer ini jarang dijual di sekitar kampus dan topping-nya variatif.


Modal Awal dari Uang Beasiswa

Saya pakai sebagian uang beasiswa untuk beli cetakan pancong, adonan awal, serta bahan-bahan topping. Total modal pertama saya kurang dari 500 ribu rupiah. Saya juga pinjam meja lipat dari teman dan mulai jualan di depan kos setiap sore hari setelah kuliah selesai.

Yang menarik, banyak teman kampus yang dukung usaha ini. Ada yang bantu promosi, ada juga yang jadi pelanggan tetap. Bahkan beberapa dosen pernah beli juga karena penasaran.

Belajar dari Proses



Jualan pancong lumer ini nggak selalu mulus. Kadang cuaca hujan bikin dagangan sepi. Kadang bahan habis tiba-tiba, atau listrik kos mati pas lagi rame-ramenya. Tapi dari semua kendala itu, saya justru banyak belajar: tentang manajemen waktu, cara berkomunikasi dengan pelanggan, hingga pentingnya menjaga kualitas rasa dan kebersihan.

Saya juga belajar mengatur keuangan sendiri. Tiap malam saya catat berapa modal keluar dan berapa untung yang didapat hari itu. Dari sini saya mulai bisa menyisihkan sebagian untuk ditabung, dan sebagian lagi diputar kembali untuk beli bahan.

Dampak Positif untuk Kuliah dan Hidup Sehari-hari

Meskipun sibuk kuliah, saya merasa kerja sampingan ini justru bikin saya lebih disiplin. Saya jadi tahu cara mengatur waktu agar kuliah nggak keteteran dan usaha tetap jalan. Selain itu, hasil dari jualan pancong cukup membantu kebutuhan sehari-hari. Saya nggak terlalu sering minta kiriman uang lagi ke orang tua, dan itu bikin saya merasa lebih mandiri.

Yang paling menyenangkan adalah ketika ada pelanggan yang bilang, “Pancong kamu enak banget, beda dari yang lain.” Kalimat-kalimat seperti itu jadi motivasi buat terus berkembang dan mempertahankan usaha kecil ini.

Rencana ke Depan

Sekarang saya lagi mempertimbangkan untuk bikin branding lebih serius. Mungkin dengan nama unik dan logo sederhana. Saya juga ingin jualan lewat platform online makanan atau ikut bazar kampus. Tujuannya bukan hanya cari cuan, tapi juga menambah pengalaman bisnis sebagai bekal setelah lulus nanti.

Mimpi saya sederhana: suatu hari nanti, siapa tahu pancong lumer ini bisa jadi bisnis tetap yang terus berkembang. Tapi untuk sekarang, saya ingin fokus nikmati prosesnya—kuliah tetap jalan, dagang tetap semangat.

Penutup

Menjalani kerja sampingan sambil kuliah memang tidak mudah, tapi bukan berarti mustahil. Asal niat, kreatif, dan bisa mengatur waktu, semua bisa dijalani. Jualan pancong lumer bukan hanya soal cari uang tambahan, tapi juga soal belajar bertanggung jawab, mengasah mental, dan berani keluar dari zona nyaman.

Buat teman-teman yang sedang berpikir untuk kerja sampingan juga, pesan saya satu: mulai saja dulu. Nggak harus langsung besar, yang penting berani mulai. Karena dari situ, kita bisa belajar lebih banyak tentang hidup yang sebenarnya.



Name: Hafif Ramadani Sriwikrama
NIM: 23030220048
rama

Saturday, 5 July 2025

Masih Mahasiwa, Tapi Pengen Berpenghasilan Sendiri? Jadi Seorang guru Taman Kanak-Kanak Bisa Jadi Solusi/ ZAHRA AMALIA P (23030220046)

 Mentari pagi menyapa lewat celah jendela kamar, menandakan hari Senin telah tiba. Bagi sebagian mahasiswa, ini adalah awal dari hiruk pikuk kampus. Namun, bagi saya, Senin punya arti ganda. Setelah menyiapkan buku dan catatan kuliah, saya juga harus memastikan tas berisi boneka tangan, buku cerita bergambar, dan lagu-lagu ceria sudah siap. Saya adalah seorang mahasiswi dan juga seorang guru Taman Kanak-Kanak (TK).

Rutinitas saya memang tak biasa. Hari Senin dan Jumat-Sabtu adalah hari "full day" di TK. Dari pagi hingga sore, saya menari, bernyanyi, dan bermain sambil mengenalkan huruf dan angka kepada puluhan anak-anak polos. Tawa riang dan celotehan khas anak-anak TK menjadi melodi hari saya. Energi mereka yang tak terbatas terkadang menguras tenaga, namun senyum polos dan pelukan hangat dari murid-murid saya selalu berhasil mengisi kembali semangat saya.

Hari Selasa hingga Kamis sedikit lebih longgar. Setelah menyelesaikan kelas sore di kampus yang biasanya berakhir sekitar pukul setengah sembilan malam, saya masih harus menyiapkan materi ajar untuk keesokan harinya. Membuat rencana kegiatan, mencari ide kreatif untuk kerajinan tangan, atau sekadar membaca buku-buku anak menjadi teman setia di malam-malam saya. Tak jarang, ide-ide brilian untuk kegiatan di TK justru muncul saat saya sedang mempelajari materi kuliah. Ilmu psikologi perkembangan anak yang dipelajari di kampus, misalnya, sangat membantu saya dalam memahami karakter dan kebutuhan belajar setiap murid di kelas saya.

"Awalnya memang terasa berat," cerita saya suatu ketika. "Kadang merasa waktu 24 jam itu kurang. Harus pintar-pintar membagi waktu antara tugas kuliah, mempersiapkan materi ajar, dan istirahat. Belum lagi kalau ada tugas kelompok atau ujian."

Namun, di balik tantangan itu, ada kepuasan yang tak ternilai. Melihat anak-anak didik saya tumbuh dan berkembang, dari yang awalnya malu-malu menjadi berani bertanya, dari yang belum mengenal huruf kini mulai bisa membaca kata sederhana, adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Saya merasa menjadi bagian penting dalam fondasi pendidikan mereka.

"Ada kalanya saya merasa lelah dan ingin fokus saja pada kuliah,". "Tapi kemudian saya ingat senyum ceria mereka saat menyambut saya di pagi hari, atau cerita polos mereka tentang apa yang mereka alami. Rasanya semua lelah itu langsung hilang."

Menjadi guru TK sambil kuliah memang membutuhkan dedikasi dan manajemen waktu yang baik. Saya belajar banyak hal dari kedua peran ini. Di kampus, saya mendapatkan ilmu dan teori. Di TK, saya belajar tentang kesabaran, kreativitas, dan bagaimana berkomunikasi dengan efektif. Kedua dunia ini, meski tampak berbeda, justru saling melengkapi dan memperkaya diri saya.

Kisah saya adalah contoh nyata bahwa dengan kemauan danq kerja keras, impian untuk meraih gelar sarjana sambil berkontribusi pada pendidikan generasi muda bukanlah hal yang mustahil. Saya membuktikan bahwa di antara buku-buku kuliah dan dunia penuh warna anak-anak, ada semangat yang terus menyala. Semangat untuk belajar, menginspirasi, dan tumbuh bersama.