Menjadi mahasiswa bukan hanya tentang kuliah, tugas, dan ujian. Di balik semua itu, banyak dari kita yang juga harus memikirkan soal keuangan. Entah itu untuk biaya makan, transportasi, beli buku, atau sekadar jajan kopi setelah kelas panjang. Nah, karena itulah saya memutuskan untuk mencoba kerja sampingan—jualan pancong lumer.
Awalnya, saya nggak pernah kepikiran bakal jualan kue tradisional seperti pancong. Tapi saat lagi nongkrong di depan kos bersama teman, saya lihat ada penjual pancong di pinggir jalan yang ramai banget. Wangi kelapa dan aroma gurih dari kejauhan langsung bikin saya penasaran. Setelah beli dan coba sendiri, saya berpikir: "Kenapa nggak coba jualan beginian juga? Tapi versi kekinian!"
Ide Awal Muncul
Pancong lumer yang saya jual sebenarnya modifikasi dari pancong klasik. Kalau biasanya pancong hanya disajikan dengan parutan kelapa dan sedikit gula, versi saya lebih ‘modern’. Saya tambahkan topping seperti keju, cokelat, green tea, tiramisu, hingga Oreo. Bahkan, saya juga bikin versi 'mix topping' yang isinya gabungan beberapa rasa favorit.
Awalnya saya coba jualan kecil-kecilan, hanya untuk teman-teman kampus. Saya promosi lewat WhatsApp Story dan Instagram. Responnya cukup positif. Banyak yang tertarik karena pancong lumer ini jarang dijual di sekitar kampus dan topping-nya variatif.
Modal Awal dari Uang Beasiswa
Saya pakai sebagian uang beasiswa untuk beli cetakan pancong, adonan awal, serta bahan-bahan topping. Total modal pertama saya kurang dari 500 ribu rupiah. Saya juga pinjam meja lipat dari teman dan mulai jualan di depan kos setiap sore hari setelah kuliah selesai.
Yang menarik, banyak teman kampus yang dukung usaha ini. Ada yang bantu promosi, ada juga yang jadi pelanggan tetap. Bahkan beberapa dosen pernah beli juga karena penasaran.
Belajar dari Proses
Jualan pancong lumer ini nggak selalu mulus. Kadang cuaca hujan bikin dagangan sepi. Kadang bahan habis tiba-tiba, atau listrik kos mati pas lagi rame-ramenya. Tapi dari semua kendala itu, saya justru banyak belajar: tentang manajemen waktu, cara berkomunikasi dengan pelanggan, hingga pentingnya menjaga kualitas rasa dan kebersihan.
Saya juga belajar mengatur keuangan sendiri. Tiap malam saya catat berapa modal keluar dan berapa untung yang didapat hari itu. Dari sini saya mulai bisa menyisihkan sebagian untuk ditabung, dan sebagian lagi diputar kembali untuk beli bahan.
Dampak Positif untuk Kuliah dan Hidup Sehari-hari
Meskipun sibuk kuliah, saya merasa kerja sampingan ini justru bikin saya lebih disiplin. Saya jadi tahu cara mengatur waktu agar kuliah nggak keteteran dan usaha tetap jalan. Selain itu, hasil dari jualan pancong cukup membantu kebutuhan sehari-hari. Saya nggak terlalu sering minta kiriman uang lagi ke orang tua, dan itu bikin saya merasa lebih mandiri.
Yang paling menyenangkan adalah ketika ada pelanggan yang bilang, “Pancong kamu enak banget, beda dari yang lain.” Kalimat-kalimat seperti itu jadi motivasi buat terus berkembang dan mempertahankan usaha kecil ini.
Rencana ke Depan
Sekarang saya lagi mempertimbangkan untuk bikin branding lebih serius. Mungkin dengan nama unik dan logo sederhana. Saya juga ingin jualan lewat platform online makanan atau ikut bazar kampus. Tujuannya bukan hanya cari cuan, tapi juga menambah pengalaman bisnis sebagai bekal setelah lulus nanti.
Mimpi saya sederhana: suatu hari nanti, siapa tahu pancong lumer ini bisa jadi bisnis tetap yang terus berkembang. Tapi untuk sekarang, saya ingin fokus nikmati prosesnya—kuliah tetap jalan, dagang tetap semangat.
Penutup
Menjalani kerja sampingan sambil kuliah memang tidak mudah, tapi bukan berarti mustahil. Asal niat, kreatif, dan bisa mengatur waktu, semua bisa dijalani. Jualan pancong lumer bukan hanya soal cari uang tambahan, tapi juga soal belajar bertanggung jawab, mengasah mental, dan berani keluar dari zona nyaman.
Buat teman-teman yang sedang berpikir untuk kerja sampingan juga, pesan saya satu: mulai saja dulu. Nggak harus langsung besar, yang penting berani mulai. Karena dari situ, kita bisa belajar lebih banyak tentang hidup yang sebenarnya.
Name: Hafif Ramadani Sriwikrama
NIM: 23030220048
rama