Pages

Monday, 7 July 2025

Kuliah sambil kerja sampingan jadi Host Live

 Hai, aku Silvi Zaki Syarifiana, mahasiswi semester 6 di UIN Salatiga. Selain fokus menjalani kuliah, aku juga punya aktivitas lain yang nggak kalah seru: kerja sampingan sebagai host live streaming. Awalnya cuma iseng karena lihat teman sering live jualan, tapi setelah coba sendiri, ternyata menyenangkan dan penuh tantangan.

Sebagai host live, aku membantu promosi produk secara langsung lewat siaran di media sosial. Aku belajar banyak dari cara ngomong yang menarik, mengatur lighting, sampai menjaga energi biar penonton tetap betah. Awalnya malu-malu, tapi sekarang aku makin percaya diri.

Tantangan tentu ada. Mulai dari padatnya jadwal kuliah, rasa capek setelah seharian belajar, sampai harus menghadapi komentar kurang menyenangkan. Tapi semua itu membuatku jadi lebih kuat, disiplin, dan siap menghadapi dunia kerja nanti.

Pengalaman ini bikin aku sadar bahwa kuliah sambil kerja itu bukan hal mustahil. Asal bisa atur waktu dengan baik dan tahu prioritas, semuanya bisa jalan. Nggak harus jadi host live, kamu bisa mulai dari hal yang kamu suka dan kuasai.

But teman-teman mahasiswa, jangan ragu buat mencoba. Kamu nggak harus nunggu sempurna dulu. Dengan mulai, kamu akan menemukan potensi yang selama ini mungkin belum terlihat.





Silvi Zaki Syarifiana 23030220052

Balancing College, Work, and Organization: My Daily Journey (kinasih 088)

 

Managing time effectively is a crucial skill, especially when juggling multiple responsibilities. As a college student, a cashier at a store, and an active member of my university’s student organization, my days are always packed. Despite the challenges, I have found ways to balance my academic, professional, and organizational commitments. Let me take you through my typical day and how I manage my time efficiently.


Morning: Academic Commitments


My day starts early with morning classes. As a sixth-semester student majoring in English Education, I attend lectures that require focus and participation. Whether it's discussing language acquisition theories, analyzing curriculum designs, or studying cross-cultural communication, I always try to stay engaged. Taking notes and reviewing materials immediately after class helps me retain information better and prepare for upcoming assignments or presentations.


Afternoon: Work as a Cashier


Once my classes are over, I shift my focus to work. I work as a cashier at a store, handling transactions, assisting customers, and ensuring everything runs smoothly at the counter. This job requires attentiveness, efficiency, and good interpersonal skills. Dealing with various customers helps me improve my communication and problem-solving abilities. To stay productive, I make sure to stay organized and manage my time well during shifts.


Evening: Organizational Responsibilities


After a full day of studying and working, my evening is dedicated to my role as the Deputy of Strategic Studies and Advocacy in my university’s student organization. I handle various academic and policy-related issues, including recent concerns about graduation requirements. This role demands research, teamwork, and problem-solving skills. Meetings, discussions, and advocacy efforts take up my nights, but I find fulfillment in contributing to meaningful changes.


How I Manage My Time


Balancing multiple responsibilities requires discipline and strategy. Here are some key habits that help me stay on track:


Prioritization – I categorize tasks based on urgency and importance.


Time Blocking – I allocate specific time slots for studying, working, and organizational duties.


Effective Planning – I use a planner to keep track of deadlines, meetings, and work schedules.


Self-Care – Despite my busy schedule, I make sure to rest, eat well, and take short breaks to avoid burnout.


Final Thoughts


While managing college, work, and an organization is challenging, it is also rewarding. Each responsibility contributes to my personal and professional growth, shaping me into a more disciplined and resilient individual. Time management is not about doing everything perfectly but about finding a balance that works best for you.


If you are a student managing multiple commitments, remember that planning and self-discipline are your best allies. With the right strategies, you can handle everything without feeling overwhelmed. Keep pushing forward, and success will follow!

Sunday, 6 July 2025

Kuliah Muasin Hobi dan Hasilin Cuan? Bisa Banget Donggg

 Hallo sob, kenalin nama gw Muhamad Zidni Baihaqi sering juga di panggil Zee. Gw mau ceritain nih, gimana sih rasanya ketika lu kuliah tapi lu juga harus ngurusin peliharaan dan ngejual tuh peliharaan, yg disini berupa ikan. So langsung aja. 




 Antara Ikan Aku dan Kuliah


Gimana sih rasanya ketika lu itu harus merawat sesuatu yang bisa dibilang "tidak mudah" dan lu itu juga harus mikirin kuliah juga? Disini gw mau sedikit cerita, bagaimana sih pengalaman gw yang harus ngurusin tuh peliharaan, bagaimana gw harus ngejual, bagaimana gw juga harus membagi waktu buat kuliah. Memang pelihara ikan yang sering dibilang mudah oleh orang orang itu, ga semudah apa yg dibilang, apalagi dengan quantity yang banyak. Harus untuk mengasih makan, rutin water change, dan harus juga untuk memperhatikan kesehatan ikan itu. Sementara dengan hal yang banyak itu lu harus membagi waktu itu dengan kuliah. Memang serasa kek "gimana ini gw mau bagi waktu gw". Menurut gw, bisa untuk membagi waktu, karena mengurus ikan lebih enak di malam hari, untuk hanya water change dan memperhatikan kondisi ikan, mengasih makan ikan mah pagi doang, sama ntar pulang kuliah juga bisa. Jika ada nih, suatu kondisi yang tidak memungkinkan buat mengecek ikan, biasa gw manggil temen buat cek teh kondisi ikan, disini dapat di garis bawahi, klo mau minta temen buat nge cek kondisi ikan, temen itu harus paham betul dengan ikan tersebut, karena beda ikan juga beda cara penanganan dan juga beda dari segi pakan.


Kenapa sih kok Milih Ikan


Yaps, kenapa gw disini milih ikan buat jadi penghasilan gw?. Karena dari ikan gw bisa dapet cuan yg banyak, selagi tau dimana ikan itu harus lu jual, disini target gw adalah penghobi ikan. Gw jual ikan lebih di marketplace Facebook dan dari Whatsapp. Dari dua aplikasi itu, gw mulai menjajakan ikan ikan yg akan gw jual. Kenapa sih gw milih ikan? Emng gaada yg lain gitu? Nahh, gw milih ikan dikarenakan, emng passion gw ada di ikan, memang terlihat ribet, tapi klo emang udah bisa, dan mau merawat sepenuh hati, itu hal yang mudah, terlebih lagi income penghasilan dari ikan juga lumayan tinggi. Semisal, gw beli ikan dengan harga Rp. 1.000.000, itu bisa gw up lagi harga di Rp 1.500.000, dan gw mendapat laba Rp. 500.000. Cukup menjanjikan bukan?. Itu jika seminggu bisa 4-5 ekor ikan yg dijual, sudah dapet berapa tuh labanya?. Wow, UMR Semarang kalah bukan?. Tetapi jika kalian pengen kek gitu, kalian juga harus tau bagaimana perkembangan pasar, dan harga ikan, soalnya harga ikan udah kek cabe, naik turun, tergantung stock. Dan yang paling penting adalah Konsisten.

Keluh Kesah Kang Ikan



Ada juga tantangan buat pelihara dan jual ikan. Seumumnya kita pelihara nyawa, pasti ada aja suatu trouble. Musuh utama dalam memelihara ikan ada perubahan cuaca dan pemadaman listrik. Saat perubahan cuaca pasti ada aja ikan yg trouble, ntah itu terkena penyakit, jamur, kutu, dll. Di saat perubahan cuaca itu, ikan ikan harus diperhatikan dan dirawat secara ekstra, seperti rutin pemberian obat. Pemadaman listrik adalah momok besar para pemelihara ikan, bagaimana tidak, disaat ditinggal kuliah, dan tiba tiba ada pemadaman listrik, otomaris pompa akan mati, dan air tidak tersirkulasi, dan alhasil ikan pun mati. Itu hanya trouble untuk memelihara ikan, belum trouble saat pemasaran ikan. Di dunia jual beli ikan, sangat banyak kompetitor, banyak penjual yang menjual ikan dengan harga rendah. Untuk mengantisipasi hal seperti itu, jangan ikut jual ikan dengan harga rendah juga, jual lah kualitas ikan tersebut, semakin bagus kualitas ikan, semakin tinggi juga harganya.




Mungkin yaaa cuma itu aja yg bisa gw ceritain, selebihnya bisa chat di nomer whatsapp di nomer 082133186382, untuk tanya perihal stock ikan dan apapun itu dengan ikan. 

Name: Muhamad Zidni Baihaqi

NIM: 23030220079




Kerja Sampingan Jualan Pancong Lumer Selama Kuliah: Belajar Mandiri dan Cari Cuan



Menjadi mahasiswa bukan hanya tentang kuliah, tugas, dan ujian. Di balik semua itu, banyak dari kita yang juga harus memikirkan soal keuangan. Entah itu untuk biaya makan, transportasi, beli buku, atau sekadar jajan kopi setelah kelas panjang. Nah, karena itulah saya memutuskan untuk mencoba kerja sampingan—jualan pancong lumer.

Awalnya, saya nggak pernah kepikiran bakal jualan kue tradisional seperti pancong. Tapi saat lagi nongkrong di depan kos bersama teman, saya lihat ada penjual pancong di pinggir jalan yang ramai banget. Wangi kelapa dan aroma gurih dari kejauhan langsung bikin saya penasaran. Setelah beli dan coba sendiri, saya berpikir: "Kenapa nggak coba jualan beginian juga? Tapi versi kekinian!"

Ide Awal Muncul

Pancong lumer yang saya jual sebenarnya modifikasi dari pancong klasik. Kalau biasanya pancong hanya disajikan dengan parutan kelapa dan sedikit gula, versi saya lebih ‘modern’. Saya tambahkan topping seperti keju, cokelat, green tea, tiramisu, hingga Oreo. Bahkan, saya juga bikin versi 'mix topping' yang isinya gabungan beberapa rasa favorit.

Awalnya saya coba jualan kecil-kecilan, hanya untuk teman-teman kampus. Saya promosi lewat WhatsApp Story dan Instagram. Responnya cukup positif. Banyak yang tertarik karena pancong lumer ini jarang dijual di sekitar kampus dan topping-nya variatif.


Modal Awal dari Uang Beasiswa

Saya pakai sebagian uang beasiswa untuk beli cetakan pancong, adonan awal, serta bahan-bahan topping. Total modal pertama saya kurang dari 500 ribu rupiah. Saya juga pinjam meja lipat dari teman dan mulai jualan di depan kos setiap sore hari setelah kuliah selesai.

Yang menarik, banyak teman kampus yang dukung usaha ini. Ada yang bantu promosi, ada juga yang jadi pelanggan tetap. Bahkan beberapa dosen pernah beli juga karena penasaran.

Belajar dari Proses



Jualan pancong lumer ini nggak selalu mulus. Kadang cuaca hujan bikin dagangan sepi. Kadang bahan habis tiba-tiba, atau listrik kos mati pas lagi rame-ramenya. Tapi dari semua kendala itu, saya justru banyak belajar: tentang manajemen waktu, cara berkomunikasi dengan pelanggan, hingga pentingnya menjaga kualitas rasa dan kebersihan.

Saya juga belajar mengatur keuangan sendiri. Tiap malam saya catat berapa modal keluar dan berapa untung yang didapat hari itu. Dari sini saya mulai bisa menyisihkan sebagian untuk ditabung, dan sebagian lagi diputar kembali untuk beli bahan.

Dampak Positif untuk Kuliah dan Hidup Sehari-hari

Meskipun sibuk kuliah, saya merasa kerja sampingan ini justru bikin saya lebih disiplin. Saya jadi tahu cara mengatur waktu agar kuliah nggak keteteran dan usaha tetap jalan. Selain itu, hasil dari jualan pancong cukup membantu kebutuhan sehari-hari. Saya nggak terlalu sering minta kiriman uang lagi ke orang tua, dan itu bikin saya merasa lebih mandiri.

Yang paling menyenangkan adalah ketika ada pelanggan yang bilang, “Pancong kamu enak banget, beda dari yang lain.” Kalimat-kalimat seperti itu jadi motivasi buat terus berkembang dan mempertahankan usaha kecil ini.

Rencana ke Depan

Sekarang saya lagi mempertimbangkan untuk bikin branding lebih serius. Mungkin dengan nama unik dan logo sederhana. Saya juga ingin jualan lewat platform online makanan atau ikut bazar kampus. Tujuannya bukan hanya cari cuan, tapi juga menambah pengalaman bisnis sebagai bekal setelah lulus nanti.

Mimpi saya sederhana: suatu hari nanti, siapa tahu pancong lumer ini bisa jadi bisnis tetap yang terus berkembang. Tapi untuk sekarang, saya ingin fokus nikmati prosesnya—kuliah tetap jalan, dagang tetap semangat.

Penutup

Menjalani kerja sampingan sambil kuliah memang tidak mudah, tapi bukan berarti mustahil. Asal niat, kreatif, dan bisa mengatur waktu, semua bisa dijalani. Jualan pancong lumer bukan hanya soal cari uang tambahan, tapi juga soal belajar bertanggung jawab, mengasah mental, dan berani keluar dari zona nyaman.

Buat teman-teman yang sedang berpikir untuk kerja sampingan juga, pesan saya satu: mulai saja dulu. Nggak harus langsung besar, yang penting berani mulai. Karena dari situ, kita bisa belajar lebih banyak tentang hidup yang sebenarnya.



Name: Hafif Ramadani Sriwikrama
NIM: 23030220048
rama

Saturday, 5 July 2025

Masih Mahasiwa, Tapi Pengen Berpenghasilan Sendiri? Jadi Seorang guru Taman Kanak-Kanak Bisa Jadi Solusi/ ZAHRA AMALIA P (23030220046)

 Mentari pagi menyapa lewat celah jendela kamar, menandakan hari Senin telah tiba. Bagi sebagian mahasiswa, ini adalah awal dari hiruk pikuk kampus. Namun, bagi saya, Senin punya arti ganda. Setelah menyiapkan buku dan catatan kuliah, saya juga harus memastikan tas berisi boneka tangan, buku cerita bergambar, dan lagu-lagu ceria sudah siap. Saya adalah seorang mahasiswi dan juga seorang guru Taman Kanak-Kanak (TK).

Rutinitas saya memang tak biasa. Hari Senin dan Jumat-Sabtu adalah hari "full day" di TK. Dari pagi hingga sore, saya menari, bernyanyi, dan bermain sambil mengenalkan huruf dan angka kepada puluhan anak-anak polos. Tawa riang dan celotehan khas anak-anak TK menjadi melodi hari saya. Energi mereka yang tak terbatas terkadang menguras tenaga, namun senyum polos dan pelukan hangat dari murid-murid saya selalu berhasil mengisi kembali semangat saya.

Hari Selasa hingga Kamis sedikit lebih longgar. Setelah menyelesaikan kelas sore di kampus yang biasanya berakhir sekitar pukul setengah sembilan malam, saya masih harus menyiapkan materi ajar untuk keesokan harinya. Membuat rencana kegiatan, mencari ide kreatif untuk kerajinan tangan, atau sekadar membaca buku-buku anak menjadi teman setia di malam-malam saya. Tak jarang, ide-ide brilian untuk kegiatan di TK justru muncul saat saya sedang mempelajari materi kuliah. Ilmu psikologi perkembangan anak yang dipelajari di kampus, misalnya, sangat membantu saya dalam memahami karakter dan kebutuhan belajar setiap murid di kelas saya.

"Awalnya memang terasa berat," cerita saya suatu ketika. "Kadang merasa waktu 24 jam itu kurang. Harus pintar-pintar membagi waktu antara tugas kuliah, mempersiapkan materi ajar, dan istirahat. Belum lagi kalau ada tugas kelompok atau ujian."

Namun, di balik tantangan itu, ada kepuasan yang tak ternilai. Melihat anak-anak didik saya tumbuh dan berkembang, dari yang awalnya malu-malu menjadi berani bertanya, dari yang belum mengenal huruf kini mulai bisa membaca kata sederhana, adalah kebahagiaan tersendiri bagi saya. Saya merasa menjadi bagian penting dalam fondasi pendidikan mereka.

"Ada kalanya saya merasa lelah dan ingin fokus saja pada kuliah,". "Tapi kemudian saya ingat senyum ceria mereka saat menyambut saya di pagi hari, atau cerita polos mereka tentang apa yang mereka alami. Rasanya semua lelah itu langsung hilang."

Menjadi guru TK sambil kuliah memang membutuhkan dedikasi dan manajemen waktu yang baik. Saya belajar banyak hal dari kedua peran ini. Di kampus, saya mendapatkan ilmu dan teori. Di TK, saya belajar tentang kesabaran, kreativitas, dan bagaimana berkomunikasi dengan efektif. Kedua dunia ini, meski tampak berbeda, justru saling melengkapi dan memperkaya diri saya.

Kisah saya adalah contoh nyata bahwa dengan kemauan danq kerja keras, impian untuk meraih gelar sarjana sambil berkontribusi pada pendidikan generasi muda bukanlah hal yang mustahil. Saya membuktikan bahwa di antara buku-buku kuliah dan dunia penuh warna anak-anak, ada semangat yang terus menyala. Semangat untuk belajar, menginspirasi, dan tumbuh bersama.

Tuesday, 29 April 2025

Antara Kuliah, nulis cerita dan dia

Aku Tak pernah berpikir untuk menjalani kuliah sambil menulis sebuah cerita pendek yah, walaupun tidak terlalu penting namun Aku suka mungkin Dari situ aku bisa memahami hal lain yg kuanggap tidak penting. Bermula waktu itu aku membaca sebuah web novel tapi terlalu panjang ceritanya jadi banyak kuskip. Tetapi ketika aku memikirkan nya aku sempat berpikir mungkin menyenangkan jika Aku mencoba menulis dengan cerita ku tapi apa ya.

Semakin lama ku lanjut menulis cerita ketika aku mengetik entah mengapa aku seperti terbawa arus dalam cerita itu tapi ketika aku membaca. Oh my god tak bisa untuk tidak tertawa melihat isi tulisan ku itu sampai sampai mempertanyakan lah Aku bikin kek gini?

Tapi seperti ada hal yang membuat ku puas ketika aku sudah mencapai titik konflik ataupun isi yang ingin Aku sampaikan melalui cerita itu. Salah satu hasil karya ku membuat web novel singkat berjudul Teman Masa Kecil-ku yang Misterius. Yah Aku mengupload nya di Wattpad tapi ketika kucari gak ketemu mungkin aku Salah nulis Dan baru baru ini ketika aku mencoba masuk akun ku itu sudah tak bisa karena aku lupa sandi. Sayang banget sebenarny Aku ingin melanjutkan nya tapi Aku bisa bikin baru 

Dan ketika aku menulis cerita itu saat saat dimana Aku sedang kuliah. sempat-sempatin untuk iseng menulis lagi, hehe dan kuingat ingat lagi aku menyelesaikan 38 chapter (bab) dalam 4 bulan sechapter maybe 600-1500 kata Dan beberapa kali mencoba metranslate itu jadi berbahasa Inggris tpi lama gak jadi deh.

Lagipula kuliah sambil mikirin translating itu sering bikin beban lebih enak anggap nya sekedar iseng bikin aja pas lagi mood buat nulis. Aku juga pernah loh ikut nyoba daftar semacam lomba menggunakan Bahasa jepang menceritakan tentang cerittakan yang membuat mu menyukai jepang. Aku menulis cerita ku dan mendapat balasan yay!

Cuma dikasih tau aku nyaris mendekati peringkat mungkin 3 sayang sekali 


Nggak terlalu berharap sih, walau Tujuan awal dpt uangnya. Sekarang aku masih menulis namun aku ingin menyelesaikan kuliah ku tinggal dua semester lagi. 

Oh iya kamu yang membaca pasti bingung apakah kuliah itu bisa mempermudah mu mendapat pekerjaan. Jawabanku relatif kamu bisa lewat jalur relasi atau kamu menemukan kesempatan dari situ kamu bisa mendapat jalan juga kamu dapat meningkatkan taraf pengetahuan mu agar kamu lebih mencermati benefit yg ada disekitar. 


Dan jika kamu menyukai menulis jangan tinggalkan hobimu aku tau itu memang tidak menghasilkan cuma disitu kamu bisa menjadi tempat melepas penat, amarah dan merasa relax agar lebih santai ketika menghasapi situasi sulit


Terutama di semester pertengahaan Dan akhir pasti bikin capek Dan kalo kata kating ku rohnya di rumah badanya di kampus jadi kayak zombie hahaha. Kating ku itu wanita ya kalo boleh jujur aku suka dia dan pertemuan ku dengan dia tak pernah kuduga dia satu satunya dikelas yang menemui aku padahal kita gak kenal Sama sekali yah itu masih umum tapi ketika hampir setengah bulan aku mulai sering chatting dengan dia sering obrol dia Aku mulai terbawa 

Dan kau tau dia saat ini juga ikut ambil makul di sems yg sama dengan ku dan satu kelas lagi. Meski begitu aku sungguh ingin melihat dia bahagia







Arsyizal Laundra Syefianto class TBI C ( 108)


Saturday, 26 April 2025


Dulu aku tidak pernah berpikir kalau suatu hari aku bisa menghasilkan uang dari dunia fashion. Awalnya, aku hanya iseng-iseng ikut foto-foto bareng teman yang kebetulan fotografer freelance. Dari situ, tanpa sadar, aku mulai belajar sedikit tentang pose, ekspresi wajah, dan bagaimana menyesuaikan diri dengan konsep foto.
Sampai akhirnya, ada satu momen yang mengubah semuanya. Seorang teman mengenalkanku ke MZY, sebuah brand lokal yang di miliki Oleh habib zaidan. Mereka butuh model untuk katalog baru mereka. Awalnya aku ragu aku bukan model profesional, tubuhku juga standar banget, jauh dari bayangan "model" yang biasa tampil di majalah. Tapi karena temanku meyakinkan bahwa MZY lebih mencari "real beauty" dan karakter daripada sekadar ukuran badan, akhirnya aku beranikan diri untuk ikut,Karna di paksa Oleh teman ku itu dan pagi hari nya Aku di telfon Oleh habib zaidan untuk bersiap siap foto.
Hari pertama kerja sebagai model MZY rasanya campur aduk: deg-degan, senang, tapi juga takut salah. Aku berusaha sebisa mungkin mendengarkan arahan fotografer dan stylist. Mereka banyak membantu, dari cara berdiri sampai bagaimana membuat tatapan yang "hidup" di kamera. Walau sempat kaku di awal, lama-lama aku mulai menikmati prosesnya. Kami syuting outdoor, indoor, dan beberapa konsep tematik yang seru banget.
Yang membuatku semakin semangat adalah ketika aku menerima honor pertamaku. Rasanya seperti mimpi. Aku dibayar untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya aku nikmati. Tidak hanya itu, kerjaan modeling ini juga membuka banyak pintu lain — aku mulai diundang untuk ikut photoshoot kolaborasi, bahkan kadang jadi talent untuk video pendek.
Sampingan ini perlahan jadi tambahan pemasukan yang lumayan. Dalam sebulan, dari beberapa proyek kecil bareng MZY dan brand lainnya, aku bisa menghasilkan cukup untuk menabung, bayar kebutuhan pribadi, dan sesekali traktir orang tua makan di luar. Rasanya bangga banget bisa mandiri dari kerja keras sendiri.
Selain uang, ada hal lain yang aku dapatkan: kepercayaan diri. Aku yang dulu minderan, sekarang bisa tampil di depan banyak orang tanpa rasa gugup berlebihan. Aku belajar bahwa menjadi "model" bukan cuma soal fisik, tapi soal bagaimana kita membawa diri, memahami konsep, dan memberi warna ke setiap karya.
Tentu saja, tidak semua hari berjalan mulus. Ada kalanya aku ditolak di casting lain, atau jadwal photoshoot yang berbenturan dengan aktivitas utama. Tapi aku sadar, semua ini adalah bagian dari proses. Selama aku masih menikmati dan menjaga keseimbangan antara kerja sampingan dan tanggung jawab utama, aku yakin semuanya akan baik-baik saja.
Sampai hari ini, aku masih menjalani kerja sampingan ini dengan hati yang penuh syukur. MZY jadi titik awal yang membuka jalanku ke dunia yang dulu bahkan tidak pernah terpikirkan. Dan buat aku, kerja sampingan ini bukan cuma soal cari tambahan uang — ini tentang menemukan sisi baru dalam diri sendiri yang sebelumnya tersembunyi.


Riska Vitriana (23030220049)
TBI 6B

Friday, 25 April 2025

Side Job di Rumah Makan Jepang: Antara Cuan dan Keringetan

 


Halo, sobat pejuang cuan!

Siapa bilang kerja sampingan harus selalu jualan online atau jadi freelance? Aku punya cerita beda. Sebelumnya perkenalkan namaku Esa Ferdiananda Ilham. Aku adalah mahasiswa dari UIN Salatiga yang mengambil jurusan Tadris Bahasa Inggris Semester 6. Di sela-sela kesibukan kuliah dan tugas numpuk, aku justru nemu pelarian yang gak cuma nambah cuan, tapi juga pengalaman seru yaitu jadi karyawan di rumah makan Jepang yang jualan sushi dan ramen yang bernama Hashirama. 

Awalnya aku cuma iseng nyari kerja sambilan buat nambah-nambah pemasukan. Ya, kamu tau lah, kebutuhan anak muda sekarang nggak ada habisnya. Belum lagi nabung buat jalan-jalan, nongkrong, dan masih banyak lagi. Akhirnya, ketemulah lowongan part-time di sebuah rumah makan Jepang yang ada di kotaku. Tanpa mikir panjang, aku langsung apply. Dan ternyata, keterima! Hari pertama kerja? Deg-degan setengah mati. Tapi begitu masuk dapur, atmosfernya asik banget. Timnya solid sama karyawannya humble.


Rumah makan tempat aku kerja ini konsepnya Jepang banget, tapi nggak yang terlalu otentik sampe bikin lidah lokal kebingungan. Mereka udah “ngebumi” alias nyesuaiin menunya sama selera orang Indonesia. Jadi, rasanya masih dapet vibe Jepang, tapi tetap akrab di lidah.



Belajar Lebih dari Sekadar Kerja


Aku biasanya ngeshift siang sampe malam, pas jam makan rame-ramenya. Kerjaannya macem-macem. Kadang bantu masak di dapur, kadang jadi waiters. kadang juga bantu packing pesanan online. Setiap harinya beda atau dibikin rolling, dan itu bikin nggak gampang bosen. Yang aku suka dari kerja di sini, bukan cuma dapet uang tambahan, tapi juga dapet pengalaman hidup. Meskipun ini kerja sampingan, aku tetap belajar banyak hal. Mulai dari disiplin waktu, kerja tim, sampai menghadapi pelanggan dengan segala macam tipe. Kadang ada yang bawel, ada yang nyebelin, tapi ada juga yang ramah banget dan suka kasih pujian, tapi yang paling seneng kalo ngasih tips sih haha. Itu bikin capeknya kerja jadi lebih ringan.

Selain itu, aku juga sering bantu plating atau nyiapin bahan. Dari situ aku belajar gimana makanan bisa keliatan estetik sebelum sampai ke meja. Ternyata butuh ketelatenan juga, lho. Belajar food prep itu bikin aku lebih menghargai makanan, terutama yang disajikan cantik dan rapi. Nggak semata soal rasa, tapi juga pengalaman visual. Selain itu juga, aku juga jadi paham kenapa ramen yang asli itu kuahnya bisa gurih banget ternyata butuh waktu berjam-jam buat bikin kaldunya doang!


Teman Baru, Cerita Baru


Salah satu hal paling menyenangkan dari kerja di rumah makan sushi dan ramen adalah ketemu orang-orang baru. Di luar dugaan, ternyata lingkungan kerja bisa se-seru itu. Tiap hari rasanya kayak masuk ke dunia yang penuh cerita. Ada aja hal baru yang bikin hari-hari jadi lebih hidup.

Walaupun awalnya sempat canggung, tapi lama-lama semua terasa natural. Dari ngobrol kecil saat lagi siapin pesanan, sampai becandaan pas lagi istirahat, semuanya bikin suasana kerja jadi hangat. Tanpa sadar, hubungan antar karyawan jadi kayak keluarga kecil yang saling dukung satu sama lain. Disana, aku ngerasain banget gimana pentingnya kerja sama tim. Saling bantu saat restoran lagi rame-rame-nya, saling back-up pas ada yang capek, sampai saling cover shift kalau ada yang berhalangan. Dari hal-hal kecil itu, muncul rasa saling percaya dan respect yang bikin betah.


Serunya lagi, tiap orang punya latar belakang dan cerita hidup yang beda-beda. Kadang dari ngobrol iseng aja, bisa dapet inspirasi atau pandangan baru tentang hidup. Obrolan-obrolan ringan itu kadang malah jadi momen paling berkesan selama kerja.

Dan jujur, ini bukan cuma soal kerja dan cari uang. Tapi juga soal tumbuh bareng orang-orang yang punya semangat dan perjuangan masing-masing. Dari yang awalnya cuma kenal nama, sekarang jadi tempat curhat dan saling semangatin. Pokoknya, kerja di tempat ini bukan cuma nambah isi dompet, tapi juga nambah koneksi, pengalaman, dan pelajaran hidup. Teman-teman baru itu justru jadi bagian paling berharga dari semua proses ini.


Side Job yang Worth It Banget

Kerja part-time di F&B itu emang capek, apalagi pas jam makan rame. Tapi dari situ aku belajar banyak hal. Mulai dari teamwork, cara handle pelanggan, sampai gimana tetap senyum meskipun kaki pegal dan perut keroncongan. Plus, kadang bisa bawa pulang makanan, lho! Kalau ada yang sisa dan masih fresh, biasanya boleh dibawa pulang. Lumayan buat hemat makan malam, kan?

Buat kamu yang lagi cari pengalaman baru atau penghasilan tambahan, coba deh lirik dunia F&B. Siapa tahu kamu cocok dan justru nemuin passion baru. Dari sini aku belajar banyak hal yang nggak diajarin di kampus atau buku. Jadi, jangan takut buat keluar dari zona nyaman. Siapa tau, side job kamu hari ini bisa jadi jalan rejeki atau bahkan kariermu di masa depan. Yang penting, nikmati prosesnya dan jangan lupa senyum pas kerja. Karena dari senyum kecilmu, bisa jadi banyak customer yang balik lagi.

Dan kalau suatu hari kamu mampir ke Hashirama, siapa tahu aku lagi di balik dapurnya, sibuk ngegulung sushi atau nyiram kuah ramen panas-panas. Jangan lupa sapa, ya!


Sekian dulu cerita dariku kali ini. Kalau kamu punya pengalaman side job juga, share dong di kolom komentar. Siapa tau kita bisa saling support dan tuker cerita!


Stay semangat, pejuang side hustle!


By : Esa Ferdiananda Ilham NIM 23030220086 TBI 6C

       


Cari Uang Jadi Tukang Desain, Jangan Sampai Salah Pasang Tarif! Ini Caraku Menentukan Harga Jasa yang Tepat

Logo Sneakers Shop

Logo angkatan HMPS UIN Salatiga
2023
Logo Jisr Al-lughoh Festival 2023



 Nama: Naufal Ihsanuddin Hadyan
NIM: 23030220042
smt: TBI, 6-B

Sebagai seorang mahasiswa aku pun ingin hobiku menjadi ladang untuk mencari uang, salah satu tantangan terbesar adalah menentukan harga jasa yang sesuai. Terlalu murah bisa merugikan diri sendiri, sementara terlalu mahal bisa membuat klien kabur. Lalu, bagaimana cara yang tepat untuk menentukan tarif desain? inilah beberapa cara yang ku dapati dari internet tentang bagaimana menentukan harga jasa desain kita. Yuk, simak ulasan lengkapnya!



Langkah Awal: Hitung Harga Minimal Jasa Anda

Design Lanyard

Sebelum berhadapan dengan klien, penting untuk mengetahui harga minimal yang pantas untuk waktu dan keahlian kita. Caranya?

  1. Pecah Pekerjaan Jadi Bagian Kecil
    Rinci setiap tahapan pekerjaan yang mungkin terlibat dalam sebuah proyek desain. Misalnya, riset, penentuan konsep, pembuatan aset visual, hingga penambahan tulisan/font yang digunakan.
  2. Estimasi Waktu Pengerjaan
    Untuk setiap tahapan di atas, coba perkirakan berapa lama waktu yang kita butuhkan untuk menyelesaikannya dalam satuan jam.
  3. Gunakan UMR Sebagai Patokan
    Kita bisa menggunakan Upah Minimum Regional (UMR) di wilayah Anda sebagai acuan gaji per jam. Ini adalah langkah awal untuk memastikan Kita tidak menjual waktu kerja terlalu murah. Kalikan tarif UMR per jam dengan total jam kerja yang kita estimasikan. Inilah harga minimal yang bisa kita pertimbangkan.

    Misal: 

    Rp.4.000.000,- (UMR di kota kita masing-masing) : 22 hari (sebulan dikurangi weekend)
    = Rp.181.000/ hari

    Rp.181.000/ hari : 8 jam (jam kerja kita)
    = Rp.23.000/ jam
Desain Medali
Design Baju PDH


Lebih dari Sekadar UMR: Menentukan Posisi dan Nilai Jasa

Harga minimal hanyalah fondasi. Nilai jasa desain kita juga dipengaruhi oleh faktor lain:

  • Siapa Kita: Pengalaman, keahlian spesifik, dan reputasi kita tentu memiliki nilai. Desainer dengan portofolio yang kuat dan pengalaman bertahun-tahun tentu bisa memasang tarif yang lebih tinggi.
  • Siapa Klien Kita: Klien besar dengan anggaran marketing yang besar tentu berbeda dengan UMKM atau startup yang baru merintis. Pertimbangkan skala bisnis dan kemampuan finansial klien.
  • Portofolio: Kualitas dan keragaman portofolio kita adalah bukti nyata kemampuan kita. Portofolio yang solid akan meningkatkan nilai jual kita.
    s

Tips Negosiasi: Negosiasi yang Profesional dengan Klien

Setelah memiliki gambaran tentang harga minimal dan nilai jasa kita, saatnya berinteraksi dengan klien. Ingat, negosiasi adalah kunci!

  1. Jangan Terburu-buru Menyebut Harga
    Di awal percakapan, fokuslah untuk memahami kebutuhan klien secara mendalam.
  2. Minta dan Berikan Referensi
    Mintalah contoh referensi desain yang diinginkan klien. Ini akan membantu kita memahami ekspektasi mereka. Jangan ragu untuk menunjukkan portofolio kita sebagai gambaran kemampuan kita. sesuaikan ekspektasi klien dengan kemampuan desain kita, lakukan negosiasi pada referensi yang diberikan klien dan yang kita miliki lalu temukan titik tengahnya.
  3. Tanyakan Deadline
    Deadline proyek akan memengaruhi alokasi waktu pengerjaan kita dan bisa menjadi pertimbangan dalam menentukan harga. Proyek dengan deadline ketat/mepet pasti memerlukan tarif tambahan.
  4. Tentukan Batas Maksimal Revisi
    Tentunya kita perlu untuk menentukan seberapa banyak klien boleh meminta revisi, misalnya batas maksimal revisi adalah 3 kali. Maka lebih dari batas itu akan dikenai biaya tambahan.
  5. Tanyakan Budget Klien (dengan Hati-hati)
    Kita bisa menanyakan perkiraan budget yang dimiliki klien, namun lakukan dengan profesional dan sopan. Ini membantu kita menawarkan solusi yang sesuai dengan anggaran mereka, tanpa harus menurunkan harga terlalu jauh.
  6. Tentukan Cancelation Fee/ Biaya Pembatalan
    Perlu juga untuk menentukan biaya pembatalan, karena terkadang saat sudah ada proses mengerjakan desain, klien bisa saja membatalkan kesepakatan yang sudah disanggupi oleh kedua belah pihak. maka dari itu kita perlu untuk menentukan berapa biaya yang harus dibayar ketika ada pembatalan. misalnya apabila klien sudah mengirim uang DP (Down Payment) sebanyak setengah harga, maka uang tersebut tidak bisa diambil kembali/ klien bisa saja membayar lebih ketika desain sudah ada proses 50% pengerjaan desain.

Project Grid Feed Instagram

Project Grid Feed Instagram (2)

Komunikasi Harga yang Efektif

Setelah semua informasi terkumpul, sampaikan penawaran harga secara profesional:

Kirim Penawaran via Email: Dokumentasikan penawaran harga kita melalui email. Ini akan menjadi acuan yang jelas bagi kedua belah pihak. Kenapa harus menggunakan email? kenapa tidak lewat Whatsapp atau telphone saja? karena menggunakan email akan mendokumentasikan penawaran serta negosiasi kita secara jelas. sehingga bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya.

  • Pastikan Ulang Syarat dan Ketentuan terpenuhi: Jika ada negosiasi, jangan ragu untuk mengulang langkah-langkah di atas. Cari titik temu yang menguntungkan kedua belah pihak. dan pastikan syarat dan ketentuan tertulis dengan jelas dalam kontrak kerja yang profesional, sehingga apabila ditengah perjalanan ada masalah, bisa dipertanggung jawabkan secara jelas.

Finalisasi dengan Quotation dan Invoice

Untuk menghindari kesalahpahaman, selalu kirimkan quotation yang berisi rincian pekerjaan, harga, terms pembayaran, dan ketentuan revisi. Setelah pekerjaan selesai, kirimkan invoice sebagai dokumen penagihan yang resmi.

Kesimpulan

Menentukan harga jasa desain membutuhkan perhitungan dan strategi. Dengan memahami harga minimal, menilai diri dan klien, serta melakukan negosiasi yang efektif, kita akan mampu menetapkan tarif yang adil dan sesuai dengan nilai profesional kita. karena sudah beberapa kali penulis mengalami beberapa masalah dalam mematok harga dalam pengerjaan jasa desain, maka penulis berharap agar pembaca bisa menentukan harga yang tepat untuk jasanya, terutama kepada teman dekat yang sering minta dibuatkan desain tapi bayarnya 2M (Makasih Mas) hehehe. Ingat, negosiasi adalah bagian penting dari dunia profesional untuk mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Jadi, jangan takut untuk bernegosiasi!

Nama: Naufal Ihsanuddin Hadyan 

NIM: 23030220042

smt: TBI, 6-B

DARI RAK KE JALANAN: CERITA KERJA SAMBILAN DI ALFAMART DAN MAXIM


 Setiap orang punya cerita perjuangan sendiri selama kuliah. Ada yang fokus di akademik, aktif organisasi, atau sibuk ngejar prestasi. Tapi ada juga yang—seperti aku—harus nyambi kerja di tengah kesibukan kuliah. Bukan karena terpaksa, tapi karena aku ingin mandiri, berdiri di atas kaki sendiri, dan membuktikan bahwa kuliah bukan halangan buat tetap produktif.

Perjalanan kerja sambilanku dimulai di tahun kedua kuliah. Waktu itu, aku kerja di Alfamart sebagai crew store. Awalnya cukup canggung karena ini pengalaman kerja pertamaku. Bangun pagi, masuk shift, bongkar barang, isi rak, bersihin lantai, sampai jaga kasir. Capek? Jelas. Tapi dari situ aku belajar banyak hal yang nggak pernah diajarin di kelas—tentang disiplin, pelayanan ke orang, dan menghargai kerja keras orang lain.

Yang paling susah waktu itu adalah mengatur waktu. Pernah suatu kali, habis shift malam jam 10, aku harus langsung ngerjain tugas kelompok yang deadlinenya tengah malam juga. Mata udah ngantuk, badan pegal, tapi ya harus dijalani. Anehnya, di tengah lelah itu, aku justru merasa bangga. Karena rasanya hidupku beneran “hidup”.



Tapi setelah beberapa semester, aku harus resign dari Alfamart karena jam kuliah mulai nggak bisa ditebak. Nah, dari situ aku coba nyari kerja sambilan yang lebih fleksibel. Akhirnya ketemu Maxim, ojek online yang jadwalnya bisa aku atur sendiri. Mulai narik di Salatiga, kadang juga ke Semarang kalau orderan di sini lagi sepi.

Kerja di Maxim beda banget dengan di Alfamart. Di sini aku beneran “di jalan”, ngelawan panas, hujan, dan kadang penumpang yang suka ngaret. Tapi justru dari situ aku ngerasa makin kuat. Ada kebebasan tapi juga tanggung jawab besar. Setiap hari targetku sederhana: dapet order, pulang bawa rezeki, dan tetap bisa kuliah dengan baik.

Pernah suatu hari, aku dapet penumpang yang tujuannya jauh banget, dari Salatiga ke daerah Ambarawa. Di tengah jalan hujan turun deras, tapi karena udah janji dan tanggung, ya tetap lanjut. Setelah nyampe, si penumpang cuma bilang, “Makasih Mas, udah bantu banget hari ini.” Kalimat itu sederhana, tapi rasanya hangat banget, seolah semua capek langsung hilang.

Kerja sambilan sambil kuliah memang nggak gampang. Tapi dari situlah aku belajar ngatur waktu, tahan banting, dan yang paling penting: nggak gampang nyerah. Kadang iri lihat teman-teman bisa leha-leha habis kelas, sementara aku harus langsung siap-siap kerja. Tapi aku percaya, setiap orang punya jalannya sendiri. Dan ini jalanku.

Buat kalian yang lagi galau mau ambil kerja sambilan atau nggak, coba tanya diri sendiri: “Apa aku siap keluar dari zona nyaman?” Kalau iya, maka kerja sambilan bisa jadi tempat belajar paling berharga. Nggak semua hal bisa dipelajari di ruang kelas, dan kerja sambilan justru sering jadi guru kehidupan yang paling jujur.


Sebagai penutup, aku mau kasih lihat satu foto waktu aku lagi nunggu orderan Maxim di Semarang. Di balik senyum di foto itu, ada lelah, ada keringat, tapi juga ada semangat dan harapan yang terus aku bawa setiap hari.

Terima kasih udah baca cerita ini. Semoga bisa jadi penyemangat buat kalian yang juga lagi berjuang dengan cara masing-masing. Ingat, semua proses ini bukan sia-sia. Kita sedang membangun versi terbaik dari diri kita sendiri.



Bismi Khairul Rizal/6B/23030220075

MODAL SEMANGAT, SEMUA BISA!

        Sangat menyenangkan memiliki pekerjaan sampingan, meskipun hanya tinggal di sebuah tempat jauh dari kota. Justru peluang sangat banyak untuk mencari pengalaman dan pekerjaan, apalagi buat saya yang sedang kuliah tapi tetap ingin mencari kesibukan. Tidak perlu nunggu lulus, selama kuliah pun bisa produktif asalkan kita semangat dan niat untuk mencari tambahan uang saku dan mencari pengalaman. Banyak hal bisa dicari terutama jika dilakukan dirumah, banyak side job yang saya lakukan. Salah satu pekerjaan yang menyenangkan dan bermanfaat bagi saya adalah mengajar les privat. Berawal dari iseng membantu adik tetangga belajar membaca, sekarang menjadi rutinitas yang saya tunggu – tunggu. 


Berawal dari meng-iya-kan tetangga yang meminta saya untuk membantu anaknya belajar membaca, lama – lama berkembang lewat rekomendasi mulut ke mulut. Hingga hari ini, les masih berjalan dengan baik dan ada lebih banyak adik – adik yang tertarik untuk belajar bersama. Yang seru dari mengajarkan adik – adik belajar itu bukan cuma selama proses belajarnya saja tapi juga tantangan perlu ekstra sabar. Tapi hal yang membuat saya puas adalah disaat mereka bilang bahwa “Saya sudah bisa membaca, saya mendapatkan nilai yang bagus!”

Buat saya, mengajar les dirumah bukan cuma side job. Ini sudah jadi bagian kegiatan saya sehari - hari yang membuat saya merasa lebih berguna dan produktif.

        Side job lain yang saya kerjakan yaitu mencari kesibukan dengan menjadi petani dan peternak, kegiatan ini meskipun terlihat biasa namun hasilnya tidak biasa. Banyak orang mengira side job mahasiswa itu cuma seputar freelance, jualan online dan lain – lain. Di sela – sela jadwal kuliah, saya menjalani beberapa pekerjaan sampingan yang penuh tenaga tapi juga penuh makna. 

Ini sebenarnya adalah ekperimen kesekian ayah saya untuk ternak ayam petelur dan memelihara sekitar 100 ekor karena masih ada lahan kosong yang lumayan untuk dibuat kegiatan tambahan, saya hanya membantunya untuk mendapatkan hasil dari menjual dan merawatnya. Setiap pagi karena saya bersiap untuk berangkat kuliah, saya hanya membantu memberi makan ayam disore hari dan mengumpulkan telur segar untuk dijual. Telur – telur ini biasanya terjual ke tetangga yang pesan untuk dikirimkan.

Setiap kali panen, saya juga membantu hasil panen dan menjualnya. Saya merasa puas karena upaya saya untuk membantu menanam dan merawat hingga panen membuahkan hasil. Berternak dan bertani memerlukan upaya fisik. Ini membutuhkan kesabaran, ketekunan, dan pengabdian pada siklus alam. Meskipun lelah, saya merasa lebih hidup. Saya menjadi lebih dekat dengan bumi tempat kita berada setelah belajar menghargai proses. Side job ini tidak populer. Namun, saya mendapatkan banyak pelajaran dari pengalaman ini.

        Saya biasanya kerap menjadi MC untuk setiap acara di desa. Saya berdiri didepan ratusan orang dengan modal suara lantang dan percaya diri seadanya. Bahkan pada awalnya saya merasa kurang yakin, kini saya akhirnya merasa nyaman menjadi pembawa acara. Saya menemukan hal yang saya rasakan bahwa menjadi MC itu menyenangkan, dan itu memberi saya kesempatan untuk belajar improvisasi da berbicara didepan umum dengan cara yang menyenangkan. 

Selama bekerja sebagai pembawa acara, saya belajar banyak hal. Meskipun menjadi pembawa acara terlihat mudah, sebenarnya membutuhkan usaha dan teknik yang tepat. Ini lebih dari sekedar uang untuk transportasi atau amplop ucapan terimakasih. Side job ini memberikan pengalaman komunikasi, kepercayaan diri dan membangun jaringan sosial yang lebih luas. Saya juga dapat belajar cara membaca situasi, mencairkan suasana, dan berkomunikasi dengan berbagai jenis sifat penonton. Saya sekarang orang yang di tunggu – tunggu disetiap acara sejak saya mencoba menjadi pembawa acara.

Menari dan mengajar tari adalah side job saya yang kesekian, menari bisa menjadi hiburan bagi sebagian orang, tetapi bagi saya menari adalah cara bercerita, mengekpresikan diri dan juga mencari uang tambahan. Di sela – sela kesibukan kuliah, saya memilih mengajar tari dan tampil di berbagai acara. Bukan hanya untuk mencari uang tambahan, tetapi juga soal produktivitas dan kontribusi pada seni budaya. 

Mengajar tari adalah suatu hal yang menguras tenaga dan pikiran. Perlu kesabaran, kreativitas dan cara komunikasi yang tepat. Saya mengajar beberapa macam tari. Selain mengajar, saya juga diminta untuk tampil mengisi acara. Mulai dari hari besar nasional, hingga event – event. Kadang – kadang dibayar, kadang – kadang sekadar ucapan terimakasih, tapi semuanya memberiku kepuasan batin dan panggung untuk terus berkembang. 

Seni menari membantu hidupku menjadi lebih seimbang. Menari memberi saya kesempatan untuk tetap aktif, kreatif dan produktif ditengah jadwal kuliah yang padat. Bahkan eberapa kali saya justru mendapat kesempatan networking atau tawaran job baru dari penampilan yang kuisi. 

Menari adalah tentang menyampaikan perasaan juga. Selain mendapatkan penghasilan, side job ini memberi saya pengalaman dan pelajaran hidup. 

        Side job saya yang selanjutnya yaitu ikut serta berpartisipasi dalam kegiatan workshop enceng gondok. Enceng gondok hanyalah gulma air yang mengganggu bagi sebagian orang. Tumbuhan ini, bagaimanapun, dapat diubah menjadi berbagai kerajinan yang indah dan menguntungkan jika dilakukan dengan tangan yang kreatif. Selain itu, saya beruntung dapat memiliki keterlibatan langsung dalam proses itu. 

Sebagai mahasiswa yang suka mencari pengalaman, saya berpartisipasi dalam kegiatan tersebut. Ini adalah pekerjaan sampingan yang mengajarkan orang tentang masalah lingkungan dan prospek lokal.

Dalam workshop ini, saya terlibat sebagai assisten fasilitator. Tugasnya diatara lain yaitu membantu peserta dalam proses pelatihan membuat kerajinan tangan dari enceng gondok (seperti figura, gelang, tempat tisu, cover buku dll), menyiapkan bahan dan alat, mendokumentasikan proses kegiatan. 

Selama terlibat kegiatan tersebut, saya banyak belajar. Bukan hanya soal teknik menganyam, tetapi juga semangat adik – adik yang ingin mandiri dan produktif. Dari kegiatan ini, saya menyadari bahwa potensi seringkali tersembunyi ditempat – tempat sederhana yang menunggu untuk dimanfaatkan. Pengalaman ini sangat berkesan, dari pengalaman ini saya tidak hanya bekerja namun saya juga terlibat dalam gerakan kecil yang memberdayakan masyarakat dan membuat limbah alam menjadi lebih berguna. 

Dalam side job ini punya nilai sosial dan lingkungan yang besar. Dari enceng gondok ini saya belajar bahwa hal yang biasanya dianggap sepele menjadi hasil karya yang luarbiasa.

Modal semangat, semua bisa adalah bukti nyata bahwa peluang ada di mana – mana asalkan kita mau mencari dan berusaha. Banyak pekerjaan sampingan yang bisa dilakukan dengan semangat dan niat yang kuat, meskipun jauh dari kota besar. Dari mengajar les privat, bertani, beternak, menjadi MC, mengajar tari dan membantu workshop. Semua pekerjaan ini tidak hanya menghasilkan uang. Tetapi juga memberikan pengalaman berharga dan kepuasan pribadi. Banyak hal yang diajarkan oleh pekerjaan ini, seperti kesabaran, kreativiras dan pentingnya bekerja keras dengan tekun. Kita bisa menajdikan aktivitas sehari – hari menjadi lebih produktif dan bermakna dengan semangat yang tak pernah padam. Bukan hanya untuk uang, ini adalah juga tentang berkontribusi pada masyarakat sekitar, mengasah ketrampilan, dan menciptakan jaringan yang lebih luas. Akhirnya, semua ini menunjukkan bahwa kerja keras dan semangat kita. Meskipun terlihat sederhana, dapat menghasilkan dampak positif pada diri sendiri dan orang lain. Semuanya dapat dicapai dengan semangat! 



 



Derryn Kurnia Ramadani_6B_23030220066









Mau Move On? Tenang ada Jasa Hapus Akun untuk Akun Lama mu!


Hallo digital detox readers...

Di era digital seperti sekarang, bisa dipastikan hampir semua orang memiliki jejak digital dari akun media sosial, platform belanja online, aplikasi kencan, hingga forum-forum tertentu. Namun, tak sedikit pula yang ingin "bersih-bersih digital", entah karena ingin menjaga privasi, menghindari kebocoran data, atau sekadar ingin mengurangi ketergantungan dari dunia maya. Di sinilah jasa hapus akun bypluese hadir sebagai solusi sekaligus peluang usaha sampingan yang cukup menjanjikan.

Jasa hapus akun adalah layanan yang membantu orang lain untuk menutup atau menghapus akun-akun digital mereka secara permanen. Proses ini tidak selalu mudah, karena banyak platform yang menyembunyikan fitur penghapusan atau memerlukan langkah-langkah tertentu agar akun benar-benar hilang. eberapa platform yang sering diminta untuk dihapuskan antara lain:

  • Facebook
  • Instagram
  • Twitter/X
  • TikTok
  • Tokopedia
  • Shopee
  • Aplikasi kencan
  • Capcut
  • dan lain lain
Nah sebelum itu, awal saya berkecimpung dalam dunia ini, saat itu baru lulus dari sekolah. Salah satu teman saya rajin sekali post di story whatsapp mengenai Jasa Hapus Akun ini. Awalnya tidak tertarik tapi lama lama kok kepo juga, pada saat itu teman saya ini post di story kalau mau rekrut orang untuk menjadi reseller nya dan ya sampai disinilah saya. Memulai bisnis Jasa ini dari 0.

Karena banyak orang tidak tahu bagaimana cara menghapus akun secara permanen. Bahkan, beberapa platform tidak menyediakan opsi tersebut secara langsung. Karena gaya hidup digital sehat sedang marak saat ini, sering sekali banyak orang untuk mengurangi keberadaan mereka didunia maya. Ada pula karena akun di heck oleh oarang lain yang tidak bertanggung jawab, karena kasalahan masalalu, detox digital, dan data pribadi seperti email, nomor telepon, foto, hingga informasi lokasi dapat menjadi pintu masuk bagi tindakan kejahatan digital seperti pencurian identitas, penipuan online, hingga pemerasan. Maka dari itu, kesadaran akan pentingnya digital hygiene menjadi bagian yang tak terpisahkan dari layanan ini. 

Dalam menjalankan jasa hapus akun ini, dibutuhkan ketelitian dan tanggung jawab. Setiap platform memiliki kebijakan dan prosedur berbeda terkait penghapusan akun. Ada yang mengharuskan verifikasi dua langkah, mengisi formulir tertentu, atau menunggu masa penonaktifan sebelum akun benar-benar terhapus. Sebagai penyedia jasa, saya harus memahami prosedur-prosedur ini dan mampu menjelaskan prosesnya kepada klien secara transparan.

Selain itu saya juga membangun komunikasi yang lebih baik dengan klien. Banyak dari mereka merasa cemas atau khawatir datanya masih tersisa di dunia maya. Dengan memberikan update secara berkala dan menunjukkan hasil konkret (misalnya bukti akun sudah tidak bisa diakses atau email konfirmasi penghapusan), rasa percaya klien dapat tumbuh. Kepercayaan inilah yang menjadi kunci keberlanjutan jasa ini.

Pemasaran jasa ini biasanya dapat dijumpai di sosial media tapi perlu diingat bahwa tidak semua jasa dapat dipercayai, pilihlah Jasa Hapus Akun terpercaya dan amanah. Jasa hapus akun mungkin terdengar sepele, tapi justru di situlah peluangnya. Di tengah kebutuhan orang untuk mengurangi jejak digital, saya hadir sebagai solusi. Dengan modal kecil, pengetahuan dasar, dan ketekunan, kerja sampingan ini bisa berkembang jadi bisnis online yang serius.

Dalam jangka panjang, jasa ini bisa berkembang menjadi layanan konsultan digital privacy yang lebih luas. Misalnya, membantu orang mengamankan akun, memberikan pelatihan digital hygiene, hingga membuat panduan keamanan digital untuk komunitas tertentu. Dengan begitu, jasa hapus akun bukan hanya sekadar usaha sampingan, tapi juga kontribusi nyata dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan aman.

Salam digital detox...

Yasmine Kamila Arifin 
23030220045

Bekerja Melalui Hobi

Hai namaku Wildan, aku adalah mahasiswa semester 6 di Universitas Islam Negeri Salatiga program studi Tadris Bahasa Inggris. Pernah nggak sih kalian berfikir "bisa nggak ya menikmati hobi tanpa mengeluarkan biaya? Tapi malah kita yang dibayar?". Jawabannya tentu saja bisa, ini adalah cerita bagaimana aku menikmati hobiku sekaligus mendapatkan cuan.

Hobiku adalah mendaki gunung, kalian pasti sudah tidak asing dengan aktivitas ini kan. Disaat mendaki pasti kita memerlukan uang untuk membeli tiket dan keperluan logistik tetapi berbeda denganku, bukannya mengeluarkan uang tapi aku malah menghasilkan uang. Kalian pasti bertanya-tanya mengapa bisa demikian?

Pada saat liburan semester atau weekend, aku sering diminta tolong oleh orang-orang untung menjadi penunjuk jalan (guide) atau pembawa barang (porter). Biasanya mereka adalah orang jauh yang ingin mendaki gunung Merbabu, atau gunung Ungaran. Pekerjaan ini bukan pekerjaan yang bisa di anggap enteng, karena pekerjaan ini berlangsung di alam atau gunung. Jadi dibutuhkan skill yang mumpuni agar saat kita beraktivitas terhindar dari kejadian yang tidak di inginkan.

(Foto di basecamp Gunung Merbabu via wekas)

Seperti saat liburan kemarin aku mendapatkan sebuah pesan dari orang Palembang, mereka minta agar diantarkan ke Gunung Merbabu. Setelah proses tawar menawar, akhirnya kami setuju dan segera menentukan tanggal. Saat mulai mendaki ternyata mereka orangnya asik, meskipun bahasa mereka berbeda, namun aku bisa belajar menggunakan bahasa mereka. Kami bertukar cerita selama di pendakian dan saling bercanda gurau.

Aku sudah menjalani pekerjaan ini selama kurang lebih satu setengah tahun, memang belum lama karena banyaknya belum terpikirkan untuk membuka jasa ini. Awalnya aku di ajak oleh teman mapala untuk membuka jasa ini, dari situ aku belajar dan akhirnya aku memberanikan diri untuk bekerja sendiri. Memang susah untuk di awal, seperti mendapatkan pelanggan dan promosi. Namun lama kelamaan rejeki datang dengan sendirinya dan alhamdulillah sekarang mulai sering mengantarkan orang ke gunung.

Penghasilan yang dihasilkan bisa dikatakan cukup lumayan. Karena jika tiga kali mengantar dalam satu bulan, aku bisa mendapatkan hampir tiga juta. Nominal yang tidak sedikit bukan? Tapi tidak selamanya menjadi seorang penunjuk jalan dan pembawa barang terus mendapat panggilan, hanya kadang-kadang saja sehingga cocok untuk dijadikan kerja sampingan. Tidak hanya uang saja yang kita dapatkan, tapi kita juga bisa mendapatkan teman dari berbagai daerah.

Selain menjadi guide dan porter, aku juga adalah seorang freelancer di bidang foto dan video dokumenter. Awalnya ini juga hanyalah sebuah hobi memotret, mem video, dan mengedit. Sampai akhirnya aku di ajak temanku untuk ikut dengannya menjadi freelancer.


Foto di atas adalah team dari EastSide Films yang aku ikuti. kami pernah diminta oleh Evalube untuk membuatkan video dokumenter karena mereka ingin melakukan touring. Touring pertama berada di pulau Sumatera, kedua di Bali, ketiga di Jawa, keempat ini yang akan dilakukan bulan Mei 2025 di Kalimantan. Meskipun aku tidak mengikuti semuanya, namun aku tetap dijadikan team editor atau membackup team yang terjun di lapangan.

Selain Evalube, kami juga sering mendapatkan job dari berbagai macam event. Mulai dari event lomba, seminar, milad, reuni, membuat video clip, dan juga membuat film pendek. 

Jadi menghasilkan cuan dari hobi itu sangat bisa sekali, asalkan kita mau berusaha dan tekun menjalaninya. Pesan dariku adalah tetap semangat, kita pasti memiliki bakat di bidang masing-masing, tidak ada yang tidak punya bakat, cari bakatmu!!


Wildan Imaduddin

23030220114

TBI 6C