Pada liburan perkuliahan aku memilih pulang ke kampung halaman dan menikmati liburan dengan pekerjaan. Bukan perkara yang besar dan Istimewa, hanya rutinan kala liburan. Aku hanya menjaga binatu milik keluargaku, menggantikan tugas orang tuaku mencatat jumlah baju hingga membersihkan pengering dari debu. Semua kunikmati dengan senang hati karena aku anggap bagian dari mengabdi.
Beberapa
kali membantu mengirim pakaian ke pelanggan, menikmati terjal sepanjang jalan
sekaligus mengumpulkan cucian yang sudah dipesan. Dengan motor Revo yang
menderu melewati panas dan debu. Panas dan hujan dilalui demi pelanggan. Yang
di mana aku butuh kan dari mereka adalah cuan guna membayar perkuliahan di
semester depan.
Setiap
harinya binatu aku buka sejak pukul enam hingga pukul sembilan malam. Menunggu pelanggan
memberikan setumpuk pakaian, mendengarkan permintaan seperti pakaian yang
dipisahkan hingga minta pakai gantungan. Hingga pukul delapan para pekerja
sudah mulai berdatangan. Mereka menyiapkan setrikaan, melihat gas di pengering
pakaian, jika semua dirasa sudah siap langsung memulai pekerjaan. Jadi setiap
hari binatu itu buka.
Kala
semua pekerja sudah bekerja pada bagian yang sudah ditentukan. Aku pergi
mencari bahan-bahan parfum, sabun ataupun karbol bila dibutuhkan. Barang-barang
itu biasanya dipesan dari rekan di Narogong yang di mana kualitas jalannya
membuat kita terbengong. Setelah semua kebutuhan pekerjaan telah diselesaikan,
aku kembali pulang dan rebahan sembari menunggu sore tiba, jika tidak rebahan
aku akan pergi ke Jakarta untuk menikmati keriuhan kota megapolitan.
Sore
hari biasanya di binatu aku menjaga meja depan menghadap timbangan sembari
menanti pelanggan. Karena di sore menjelang malam pelanggan datang silih berganti
untuk mengambil pakaian bersih yang telah disiapkan. Aku melihat banyak ragam menjadi
pelanggan yang mengambil cucian. Mulai dari pekerja kantoran hingga anak remaja
yang pulang jajan. Pekerja pun berpamitan pulang meninggalkanku sendirian. Tak terasa
senja tiba begitu cepat, segera aku tutup toko dan melaksanakan Shalat. Setelah
sembahyang kembali kubuka pintu toko berharap ada lagi pelanggan yang akan
memberi cucian ataupun mengambil pakaian.
Tepat
pukul sembilan malam aku tutup pintu binatu menghitung pendapatan serta
pengeluaran hari itu, menyiapkan modal kembalian dan mengirimkan laporan ke
orang tua di rumah. Ya, banyak hal yang bisa aku refleksikan dalam kerja
seharian, memantau pekerjaan pekerja agar sesuai prosedur, memastikan mesin
cuci, pengering setrika hingga pompa air bekerja dengan normal hingga mendengarkan
keluhan pelanggan tentang hujan dan kemacetan sepanjang perjalanan pulang. Semua
kusimpulkan bahwa mencari uang bukanlah hal yang mudah, setelah bekerja aku
bisa menyadari dapat uang itu susah. Uang kuliahku berasal dari ribuan yang
berkumpul menjadi jutaan dan dikeluarkan untuk biaya perkuliahan.
Selain
menjalankan usaha milik keluarga aku juga memiliki penghasilan tambahan dari
pasar saham. Tidak banyak uang yang aku turunkan di sana, tapi setidaknya cukup
untuk beli kuota. Pendapatan di pasar modal kudapatkan dari selisih jual beli
saham harian dan juga dari dividen atau keuntungan tahunan perusahaan. Untungnya
saat libur perkuliahan pasar modal tidak ikut tutup. Saat liburan selain
menjaga binatu aku juga memantau pasar modal dan jual-beli saham di sana. Melakukan
analisa setiap siang, memantau perusahaan mana yang sepertinya nilai sahamnya
akan naik ataupun turun dari bollinger band yang ada di aplikasi. Aku belajar
saham secara otodidak dan mencari informasi dari internet. Ya, kurang lebih
begitulah pekerjaan sampinganku selama liburan, sebagaimana judul blog kali
ini, “Prei Makaryo” yang memiliki makna bekerja di saat liburan semesteran
Abid Al Ghiffari / 6-B / 23030220053
No comments:
Post a Comment