Pages

Thursday, 24 April 2025

Prei Makaryo

Pada liburan perkuliahan aku memilih pulang ke kampung halaman dan menikmati liburan dengan pekerjaan. Bukan perkara yang besar dan Istimewa, hanya rutinan kala liburan. Aku hanya menjaga binatu milik keluargaku, menggantikan tugas orang tuaku mencatat jumlah baju hingga membersihkan pengering dari debu. Semua kunikmati dengan senang hati karena aku anggap bagian dari mengabdi.

Beberapa kali membantu mengirim pakaian ke pelanggan, menikmati terjal sepanjang jalan sekaligus mengumpulkan cucian yang sudah dipesan. Dengan motor Revo yang menderu melewati panas dan debu. Panas dan hujan dilalui demi pelanggan. Yang di mana aku butuh kan dari mereka adalah cuan guna membayar perkuliahan di semester depan.

Setiap harinya binatu aku buka sejak pukul enam hingga pukul sembilan malam. Menunggu pelanggan memberikan setumpuk pakaian, mendengarkan permintaan seperti pakaian yang dipisahkan hingga minta pakai gantungan. Hingga pukul delapan para pekerja sudah mulai berdatangan. Mereka menyiapkan setrikaan, melihat gas di pengering pakaian, jika semua dirasa sudah siap langsung memulai pekerjaan. Jadi setiap hari binatu itu buka.

Kala semua pekerja sudah bekerja pada bagian yang sudah ditentukan. Aku pergi mencari bahan-bahan parfum, sabun ataupun karbol bila dibutuhkan. Barang-barang itu biasanya dipesan dari rekan di Narogong yang di mana kualitas jalannya membuat kita terbengong. Setelah semua kebutuhan pekerjaan telah diselesaikan, aku kembali pulang dan rebahan sembari menunggu sore tiba, jika tidak rebahan aku akan pergi ke Jakarta untuk menikmati keriuhan kota megapolitan.

Sore hari biasanya di binatu aku menjaga meja depan menghadap timbangan sembari menanti pelanggan. Karena di sore menjelang malam pelanggan datang silih berganti untuk mengambil pakaian bersih yang telah disiapkan. Aku melihat banyak ragam menjadi pelanggan yang mengambil cucian. Mulai dari pekerja kantoran hingga anak remaja yang pulang jajan. Pekerja pun berpamitan pulang meninggalkanku sendirian. Tak terasa senja tiba begitu cepat, segera aku tutup toko dan melaksanakan Shalat. Setelah sembahyang kembali kubuka pintu toko berharap ada lagi pelanggan yang akan memberi cucian ataupun mengambil pakaian.

Tepat pukul sembilan malam aku tutup pintu binatu menghitung pendapatan serta pengeluaran hari itu, menyiapkan modal kembalian dan mengirimkan laporan ke orang tua di rumah. Ya, banyak hal yang bisa aku refleksikan dalam kerja seharian, memantau pekerjaan pekerja agar sesuai prosedur, memastikan mesin cuci, pengering setrika hingga pompa air bekerja dengan normal hingga mendengarkan keluhan pelanggan tentang hujan dan kemacetan sepanjang perjalanan pulang. Semua kusimpulkan bahwa mencari uang bukanlah hal yang mudah, setelah bekerja aku bisa menyadari dapat uang itu susah. Uang kuliahku berasal dari ribuan yang berkumpul menjadi jutaan dan dikeluarkan untuk biaya perkuliahan.

invest.ajaib.co.id Ajaib adalah salah satu sekuritas yang aku percayakan.


Selain menjalankan usaha milik keluarga aku juga memiliki penghasilan tambahan dari pasar saham. Tidak banyak uang yang aku turunkan di sana, tapi setidaknya cukup untuk beli kuota. Pendapatan di pasar modal kudapatkan dari selisih jual beli saham harian dan juga dari dividen atau keuntungan tahunan perusahaan. Untungnya saat libur perkuliahan pasar modal tidak ikut tutup. Saat liburan selain menjaga binatu aku juga memantau pasar modal dan jual-beli saham di sana. Melakukan analisa setiap siang, memantau perusahaan mana yang sepertinya nilai sahamnya akan naik ataupun turun dari bollinger band yang ada di aplikasi. Aku belajar saham secara otodidak dan mencari informasi dari internet. Ya, kurang lebih begitulah pekerjaan sampinganku selama liburan, sebagaimana judul blog kali ini, “Prei Makaryo” yang memiliki makna bekerja di saat liburan semesteran

 

gambaran pekerjaan di kala malam ditemani segelas kopi susu dari Tuku.

Abid Al Ghiffari / 6-B / 23030220053

No comments:

Post a Comment